Kolam terpal adalah kolam yang dasar dan sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal untuk usaha budidaya ikan banyak memiliki keunggulan dibandingkan dengan kolam konvensional, antara lain dapat diterapkan di lahan pekarangan yang sempit serta di lahan yang terbatas kesediaan airnya. Faktor penentu keberhasilan budidaya lele diantaranya adalah manajemen pakan. Kesalahan dalam pemilihan jenis pakan, cara pemberian, dan jumlahnya dapat berakibat menipisnya keuntungan, mengingat 60% dari biaya produksi adalah biaya pakan. Untuk pembesaran ikan lele, sebaiknya digunakan pakan terapung agar mudah mengontrol jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan berlebih dan lolos ke dasar kolam berisiko meningkatkan kadar amonia dan nitrit yang merupakan racun bagi ikan, terutama di kolam terpal.
Beternak Lele sistem kolam terpal diperlukan manajemen pakan yang baik. sumber gambar: BPTP Yogyakarta
Pakan lele sebaiknya memiliki kandungan protein yang memadai, sekitar 32-33% sehingga dapat memacu pertumbuhan ikan. Guna meningkatkan daya tahan lele terhadap stres karena kepadatan yang tinggi maupun perubahan lingkungan, tambahkan vitamin C pada pakan sebanyak 3-5 gram dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan pada 1 kg pakan beberapa saat sebelum diberikan pada lele. Ikan lele aktif pada di malam hari sehingga pemberian pakan sebaiknya diberikan pada malam hari, atau paling tidak pagi hari sebelum pukul 07.00 dan sore hari sekitar pukul 19.00. Pakan diberikan secara ad libitum atau sampai ikan kenyang yang ditandai dengan berkurangnya respons ikan terhadap pakan yang diberikan. Pemberian pakan disebar secara merata di permukaan kolam. Dengan demikian, semua ikan mendapat pakan secara merata sehingga pertumbuhan semua lele merata. Selain penggunaan pakan pelet, lele juga dapat diberi pakan alternatif berupa limbah seperti limbah pemotongan ayam, bekicot, keong mas, ikan rucah, dan lain-lain. Pakan alternatif ini, dapat menghemat biaya produksi. Budidaya lele di kolam terpal dengan manejemen pakan tersebut telah dicoba di lokasi M-KRPL lahan kering di Desa Wareng, Kecamatan Wonosari dan Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012, dengan Food Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan 1,1—1,2. Manajemen pakan yang baik harus didukung dengan benih yang unggul dan manajemen kualitas air. Selain hasil ikannya yang dapat dipanen untuk menambah gizi keluarga, air kolam sangat bagus dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
***Salam Ternak***
|